Suatu malam,
saat saya baru saja memasuki usia 25 tahun,
saya tertinggal sendiri di kantor di mana saya bekerja di Jakarta.
Semua atasan dan rekan sudah pulang, sedangkan saya masih harus menyelesaikan
banyak pekerjaan – yang walaupun saya selesaikan, akan ada lagi tambahannya
esok pagi, yang 12 kali lebih banyak dan 13 kali lebih pelik.
Jika Anda inginkan,
saya akan ceritakan nanti,
rambatan derita hati seorang profesional muda yang dibayar rendah dan dihargai
sekedarnya,
tetapi yang banyak menerima tugas dari atasan,
yang kemudian ternyata sampai hati menuliskan memo bahwa gaji saya saat itu
terlalu tinggi untuk pangkat dan jabatan saya.
Dalam sakit hati, kesedihan, dan perasaan terbuang itulah,
lamat-lamat tergemakan sebuah pertanyaan yang kemudian mentenagai semua
perubahan pada diri saya,
yang pelajaran dan pendidikannya mengantarkan saya kepada pencapaian-pencapaian
yang diijinkan oleh Tuhan untuk menjadi isi dari kehidupan saya hari ini,
bagi kebahagiaan keluarga dan semua jiwa yang bersentuhan dengan yang saya
kerjakan.
Pertanyaan itu …
“Jika
aku demikian sibuk, mengapakah aku belum kaya?”
edited
Tidak ada komentar:
Posting Komentar